Berguru ke Suhu Bisnis Pendekar Tanpa Bayangan

Dua hari berturut-turut kemarin, merupakan pengalaman yang luar biasa bagi kami. Saya dan teman-teman pengurus TDA Tangerang berkesempatan melakukan kunjungan ke dua orang calon narasumber untuk sharing atau diskusi FGD Fashion yang akan diadakan oleh TDA Tangerang yang bertemakanAll About Fashion. FGD (Focus Group Discussion) ini adalah diskusi terbatas yang merupakan divisi dan program kerja TDA Tangerang.
Bagaimana tidak saya katakan luarbiasa! Kedua orang ini ternyata adalah Pendekar hebat dalam bidangnya masing-masing (di TDA Tangerang kami biasa menggunakan istilah dunia persilatan). Yang pertama kami berkunjung ke pak Hikmanul Hakim, beliau bergerak di bidang distribusi atau retail (www.rumahmadani.com).  Sedangkan yang kedua adalah pak Firman Al Qohhar, bergerak di bidang produksi dan penjualan jilbab Faira (www.fairadisain.com).
Bergerak tanpa bersuara, pendekar  tanpa bayangan!  Ya, tak banyak yang kita ketahui tentang dua orang yang low profile ini. Mereka berdua hampir tak pernah menulis di milis TDA, tapi ketika kami bertemu langsung dengan mereka ternyata adalah orang yang sangat terbuka dan tanpa segan memberikan ilmu-ilmu dahsyat kepada kami—bahkan sampai ke dapur bisnis mereka.

Pada kunjungan pertama ke markas Rumah Madani, kami disuguhi sharing menarik oleh pak Hakim. Beliau bercerita banyak tentang dunia per-online-an dan ekspansi beliau ke dunia offline. Yang menarik, beliau malahan tidak terlibat banyak dan langsung dengan bisnis dia ini. Karena ibarat mesin, semua unit sudah bisa jalan sendiri dan setiap sore beliau hanya terima laporan dari anak buahnya. Kerjaan beliau, ya di rumah saja dan melihat-lihat taman. Dan, dahsyatnya omzetnya wah!
Pak Hakim jago dalam soal pengelolaan sistem. Semua bagian sudah ada aturan main (SOP) yang jalan dan diterapkan dengan baik. Ketika diajak berkunjung ke “dapurnya” Rumah Madani, kami melihat kesibukan yang luar biasa dari para pegawainya. Dengan belasan pegawai, semua menjalankan tugas masing-masing, mulai dari purchasing atau pembelian, bagian gudang sampai ke sales dan marketing serta CS terintegrasi dalam satu kegiatan yang terkelola dengan baik.
Saat mengunjungi gudang Rumah Madani, masyaAllah kami semua begitu terpesona. Puluhan rak rapi berjajar dalam dua ruang gudang, berjejer ratusan bahkan mungkin ribuan produk yang tertata dengan baik, tercatat dengan benar masuk dan keluarnya barang. Kemudian tersambung dengan jejeran komputer yang ditangani oleh belasan pegawai beliau yang menangani mulai dari pesanan, pembukuan dan hubungan dengan pelanggan. Sungguh, ini menjadi bahan visualisasi bagi yang kami yang berkunjung yang skala bisnisnya jauh di bawah pak Hakim.
Yang menarik, walau hanya tamatan SMK hampir semua pegawai pak Hakim sekarang ini sedang mengambil kuliah untuk mendapatkan S1 di kuliah ekstensi.
Kemudian pada hari kedua, kami kembali disuguhi pengalaman yang tak kalah hebatnya. Diterima di kantornya Faira di sebuah ruko 2 lantai, pak Firman mengajak kami menyaksikan proses bisnis dan stok Faira. Sekarang ini Faira kewalahan menangani pesanan pelanggan. Para distributor dan agen yang ingin mendapatkan produk Faira malah harus masuk daftar antrian terlebih dahulu. Sekitar 800 bandana dan 400 jilbab yang diproduksi per hari ternyata tidak cukup memenuhi banyaknya pesanan yang datang. (Saya sempat bercerita dalam posting sebelumnya, tentang mindernya saya ketika mengantarkan pesanan pelanggan ke kurir langganan. Menyaksikan berkoli-koli paket pesanan Faira).
Karena sudah masuk waktu Ashar, pak Firman mengajak kami shalat berjamaah di masjid dekat kantor dan pusat produksi Faira. MasyaAllah, kurang lebih separoh dari 4 atau 5 saf jamaah itu adalah para karyawannya pak Firman Faira. Saat waktu shalat tiba, pak Firman mewajibkan para pegawainya untuk shalat berjamaah di masjid.
MasyaAllah, kami ditunjukkan pada praktik syariah dalam bisnisnya pak Firman. Selesai shalat pak Firman bercerita bahwa setiap pagi para pegawainya melakukan shalat dhuha terlebih dahulu sebelum bekerja, mereka melakukan sedekah dan setiap Selasa dan Sabtu ada pengajian untuk seluruh karyawan di masjid dengan mengundang ustad untuk ceramah.
Dengan sekitar 100 orang pegawai, pak Firman melayani mereka dengan sangat baik. Beliau mengajari para pegawainya tentang akhlak dan agama, tidak semata kerja mencari uang saja. “Saya pengen para pegawai saya juga baik hidupnya. Dan tanggung jawab terhadap pegawai tidak semata di dunia saja, tapi juga sampai akhirat”, kurang lebih demikian kata pak Firman. Mereka diajari tentang kejujuran dan tanggungjawab juga. Tidak ada sistem absensi yang diterapkan. Semua pegawai bekerja dengan penuh tanggungjawab.
Terlihat semua pegawai begitu riang dan betah bekerja. Dengan jam kerja yang manusiawi, dari jam 8 pagi sampai 16.30 dan gaji yang di atas UMR. Coba bayangkan, masak hanya pegawai yang kerjanya hanya buang benang saja, mendapatkan gaji Rp 1.300.000 sebulan! Hampir semua pegawainya punya sepeda motor karena fasilitas kemudahan yang diberikan untuk mendapatkannya.
Dan yang lebih dahsyat lagi, kemudian pak Firman mengajak kami mengunjungi rumah mewah yang baru beliau beli. Rumah 2 lantai seharga 1,3 Miliar yang bergaya bangunan masa kini dan ber-AC itu ternyata beliau sediakan untuk menjadi tempat tinggal para pegawainya. “Kapan lagi mereka akan menikmati kamar ber-AC seperti ini, Pak”, demikian alasan pak Firman. Sementara beliau sekeluarga memilih tinggal di rumah yang biasa saja, yang menyatu dengan kebisingan para pekerja konveksi tempat produksi. Luarbiasa pelayanan beliau terhadap pegawainya.


Pak Firman juga menawarkan rumah mewah ber-AC ini kepada teman-teman TDA untuk dipergunakan jika ingin kumpul-kumpul atau mengadakan acara.”Silahkan dipergunakan oleh teman-teman TDA, pak”, kata beliau.
Petang itu menjadi kenangan terindah bagi saya dan teman-teman yang datang ke tempat pak Firman. Ratusan pegawai dan konveksi yang tersebar di beberapa tempat, dan pelayanan terhadap pagawai menjadi bahan afirmasi dan visualisasi bagi kami, agar suatu saat bisa mencontoh beliau.
Demikianlah hasil kunjungan kami kepada kedua calon narasumber sharing FGD Fashion TDA Tangerang. Dengan omset lebih dari 6 miliar per tahun, sudah tepatlah kedua orang ini menjadi guru para pebisnis TDA. Dan yang lebih penting, keahlian mereka dalam bisnis yang tidak akan kita dapatkan di kelas-kelas bisnis, cara-cara otak kanan dan anti marketing mereka akan menjadi inspirasi besar bagi kita nanti. Merekalah guru sejati, seperti pendekar tanpa banyangan gerak mereka tak terlihat tapi keperkasaan mereka sungguhlah hebat.


0 komentar:

Posting Komentar